Manado,GN- Terkait perkembangan kasus covid-19 di Sulawesi Utara mendapat respon dari berbagai kalangan. Aggota DPRD Kota Manado Jurani Rurubua,SST angkat bicara terkait hal tersebut.
Rilis yang diterima awak media ini, Rurubua menjelaskan data perkembangan kasus Covid 19 di Sulawesi Utara (Sulut), nampaknya menampilkan trend yang menurun bagi kasus aktif, angka kesembuhan meningkat, sementara kematian cenderung tidak signifikan. Pemerintah Provinsi Sulut merilis sejak 21 Februari 2021, angka kasus aktif covid19 sejumlah 2.872, sedangkan pada 26 Februari justru turun 2.648. Sementara bagi kesembuhan, dari angka 11.419 menjadi 11.775. Angka kematian dari 511 menjadi 513, artinya kurun waktu seminggu, kematian hanya terdapat 2 kasus. Berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, hampir setiap hari Kita mendengar ada kematian karena kasus covid-19.
Apakah hal ini tanda bahwa Kita telah berhasil menghadapi masa pandemi? Mungkin. Namun, angka-angka tadi bukan berarti covid-19 telah punah. Ia masih bergerak dengan cepat di ruang-ruang publik. Sebarannya terus berlanjut. Para ahli kesehatan masih terus mendorong semua pihak, utamanya pemerintah untuk tetap mewaspadai virus ini. Artinya, kerja keras melawan corona tidak boleh berhenti karena informasi tren perkembangan kasusnya yang dianggap menurun itu.
Hal lain yang patut menjadi sorotan Kita semua adalah kebijakan New Normal yang saat ini masih menimbulkan tanda tanya besar. Utamanya yang berkaitan dengan kebijakan pembatasan jam operasional, baik kegiatan ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Bagi Saya, tindakan ini bernilai positif. Tetapi, ia tak solutif.
Kita bisa menganggap, bahwa pemerintah punya i’tikad baik dalam menekan lajunya covid19 melalui kebijakan tersebut. Namun, hingga kini, Kita belum mendapatkan jawaban secara ilmiah, apakah pembatasan berakibat pada turunnya angka kasus positif corona? Apa mungkin tren menurun data yang dipublis oleh pemrop Sulut di atas karena pembatasan jam operasional? Tidak ada jawaban yang mengarah ke sana, dari pihak manapun.
Meski hal yang positif, kebijakan itu tidak menyelesaikan masalah kemasyarakatan Kita, termasuk tidak menjadi solusi bagi penurunan penyebaran covid. Mengapa? Masyarakat bisa tidak berkerumunan di malam hari, namun mereka memanfaatkan waktu di siang hari. Atau, bisa saja mereka beraktivitas di malam hari yang tak terjamah oleh petugas-petugas untuk merazia kegiatan mereka.
Belum lagi perkara pertumbuhan ekonomi, terjadinya pengangguran, kejenuhan sosial hingga dampak pemiskinan terhadap masyarakat Kita yang nafas kehidupannya bergantung pada jam-jam malam. Di Manado misalnya, belakangan elemen masyarakat dan para pelaku usaha melakukan aksi turun ke jalan untuk menuntut agar jam operasional tidak lagi dibatasi. Saya yakin, tidak hanya mereka, sebagian besar warga pun punya tuntutan yang sama. Sebab, masyarakat sangat menyadari, derita dengan hidup yang dibatasi seperti ini jauh lebih sakit dibandingkan dengan terjangkit virus mematikan tersebut. Fenomena ini, harusnya menjadi dasar bagi pemangku kebijakan, agar kuasa membuat keputusan yang adil dalam penanganan covid19 dan upaya membangkitkan kehidupan ekonomi yang sehat bagi warganya.
Para pekerja seni serta pelaku usaha mulai gerah dengan kebijakan pembatasan jam operasional tersebut. Bagi mereka, selain mematikan aktivitas yang berdampak terhadap kehidupan keluarga dan lingkungan, tindakan para aparat yang merazia di malam hari sesekali menunjukkan sikap yang tak humanis dan tak berkeadilan. Akhirnya, ada saja peristiwa adu mulut antara petugas dan warga terjadi. Pelaku usaha bukan hanya mengalami kerugian, tapi turut membuat banyak karyawan mereka kehilangan pekerjaan. Akibatnya, timbul pertanyaan apakah corona hanya ada di malam hari? Mengapa jam 8 malam semua harus tutup?
Bagi Saya, semua harus win win solution. Melawan covid19 harus dengan kesadaran kolektif. Namun, membantu warga dari himpitan ekonomi pun harus dipertimbangkan. Poin Saya, pemerintah harus membuat keseimbangan dalam kebijakan mencegah corona agar tidak menjadi polemik di masalah lainnya, diantaranya sebagai berikut;
1 Jangan batasi jam operasional, namun tetap himbau untuk membatasi jumlah massa dalam suatu tempat.
2.Tetap peringatkan semua pihak agar memberlakukan Protap kesehatan dengan menggunakan masker, jaga jarak, cuci tangan dan semacamnya
3.Manfaatkan vaksin yang telah menelan uang tak sedikit agar tersalur secara merata
4.Gunakan upaya pendekatan persuasif dan komunikasi yang positif kepada semua pihak. Jangan arogan apalagi hingga represif
5.Siapkan bantuan sosial dan modal usaha yang diberikan kepada warga dengan tepat sasaran.
Bila pemerintah melakukan 5 hal tersebut, bukan tidak mungkin upaya mencegah corona pasti signifikan serta menyelamatkan warga dari krisis finansial akan berdampak baik. Jadi, pembatasan jam operasional malam hari bisa dianggap positif namun tidak solutif. Manjo, jaga kesehatan semua. (*/midle)