Oleh : Eunike Mandolang S.Pd., M.Pd, Evi M Kasiahe S.Fil., M.Hum
Manado,GN- Pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan siswa. Pembelajaran sebagai suatu proses memiliki unsur-unsur yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan unsur satu dengan lainnya akan menjadikan pembelajaran menjadi satu kesatuan yang utuh. Diantara unsur-unsur tersebut yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran adalah tujuan, proses pembelajaran terdiri dari materi ajar, metode, sumber belajar dan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran serta pelaku pembelajaran, yaitu guru dan siswa. Namun terkadang proses pembelajaran sering mengalami masalah atau hambatan seperti kurikulum yang berganti atau berubah. Perubahan atau pergantian kurikulum ini dibuat dengan sengaja dengan tujuan untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan.
Pembelajaran yang aktif dapat terjadi dengan adanya bantuan media. Namun pada kenyataannya media yang ada kurang dimanfaatkan oleh guru. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan kebosanan siswa pada saat belajar. Kondisi ini menjadi permasalahan yang terus berkelanjutan, karena guru kurang melakukan inovasi terutama dalam pengadaan media pembelajaran. Proses pelaksanaan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 membutuhkan kompetensi bahwa seorang guru harus kreatif dan menguasai IT karena dimulai dari pembuatan perangkat pembelajaran pada kurikulum 2013 sangat erat kaitannya dengan penggunaaan IT.
Demikian halnya dengan penggunaan media pembelajaran, guru dituntut untuk membuat media pembelajaran yang tidak hanya media berbasis non proyeksi tetapi dituntut pula berbasis proyeksi yang disesuaikan keadaan era globalisasi yang syarat dengan teknologi. Proses pendekatan pada pembelajaran Kurikulum 2013 untuk siswa Sekolah Dasar sangatlah komplek dan berkesinambungan yaitu tematik terpadu, pembelajaran yang berdasarkan tema, pendekatan Saintifik yang dikenal dengan pengalaman belajar pokok: menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Ketidakaktifan siswa diakibatkan dari rasa jenuh belajar dengan proses pembelajaran yang monoton dan komunikasi yang hanya dilakukan hanya satu arah. Dikatakan demikian karena guru hanya menerangkan atau hanya memberikan tugas mengisi lembar kerja siswa (LKS). Seperti diketahui pada buku pembelajaran kurikulum 2013 muatan materi pembelajaran cenderung sedikit, dapat mengakibatkan ketidakpahaman siswa atau bahkan guru itu sendiri (Muslimin, 2017, Fitriyani, 2019). Guru masih bingung dengan materi ajar yang dapat dianggap kurang sehingga untuk menggunakan media yang memiliki tujuan untuk menarik minat atau motivasi siswa pun tidak dapat dilakukan. Ketidakpahaman guru terhadap kurikulum 2013 dan kurangnya penggunaan media pembelajaran dapat berdampak pada proses pembelajaran. Apabila kondisi tersebut terjadi, akibatnya siswa tidak memiliki keinginan untuk belajar, maka kualitas pembelajaran pun akan menurun.
Kurangnya minat siswa dalam belajar tidak terlepas dari peran guru dalam menggunakan media ketika proses pembelajaran berlangsung. Minat siswa dalam belajar tergantung dari kreativitas guru dalam memanfaatkan media yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Cara guru dalam menggunakan media harus sesuai dengan materi pelajaran, dan sesuai dengan metode pembelajaran. Hal ini disebabkan karena media yang dibuat belum tentu cocok atau sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dalam hal ini guru harus lebih kreatif dalam memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang ada.
Media pembelajaran diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran agar terdapat efisiensi dan efektifitas dalam belajar. Jika dilihat dari arti kata, media merupakan kata “medium” yang memiliki arti sebagai perantara atau pengantar. Artinya media merupakan perantara atau pengantar pesan dari orang pemberi informasi ke orang kedua sebagai penerima informasi tersebut. Sedangkan menurut para ahli lain, menggunakan istilah media pembelajaran sebagai “teaching material” atau instruksional material, artinya identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata “raga”, yaitu suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan yang dapat diamati melalui indera manusia.
Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki tugas dalam merencanakan, melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar siswa serta membimbing siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu guru juga dituntut untuk dapat melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Hal ini tidak dapat disangkal karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru, sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat (Djamarah, 2000). Menurut Permendiknas No 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Guru tidak hanya dituntut dapat mengajar dengan baik, akan tetapi juga dituntut agar pembelajaran yang diberikan dapat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Agar pembelajaran yang diberikan dapat diserap oleh siswa, guru hendaknya mengajar dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, selain itu dalam penyampaian materi hendaknya guru menggunakan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai mentransfer ilmu. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap pebelajar (Falahudin, 2014).
Apabila guru dalam mengajar menggunakan media pembelajaran yang menarik, menyenangkan, memotivasi siswa dan membuat siswa nyaman dan aman dalam belajar maka siswa akan mengikuti pembelajaran dengan baik. Guru dituntut untuk memiliki kreativitas yang tinggi dalam menciptakan media pembelajaran yang menarik agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang baik. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Anggoro, dkk (2018) bahwa guru yang kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran sangat diperlukan karena kemampuan mengembangkan proses pembelajaran merupakan cerminan guru yang profesional.
Media pembelajaran itu merupakan wahana penyalur pesan atau informasi belajar (Nurseto, 2011). Media pembelajaran merupakan sumber pesan dari penyalurnya yang akan diteruskan kepada penerima pesan yaitu siswa yang mengikuti pembelajaran.
Media pembelajaran secara umum memiliki manfaat untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh tenaga pendidik (Kusuma, 2020). Media yang baik bukanlah media yang mahal dan guru sebagai manusia yang kreatif harus mampu melakukan inovasi.
Dari hasil observasi di SD Katolik St Soegiyopranoto Manado diketahui bahwa guru-guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal dalam proses belajar mengajar. Padahal media pembelajaran dapat mempermudah daya serap siswa dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Meskipun demikian media pembelajaran memiliki peran penting karena dapat memberikan daya imajinasi, daya nalar serta visualisasi terhadap kondisi yang sebenarnya dan materi yang disampaikan agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari secara optimal. Melihat kondisi tersebut maka perlu dilakukan kegiatan yang dapat membantu guru dalam memahami, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mereka dalam hal membuat media pembelajaran agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan pengabdian masyarakat yang merupakan salah satu implementasi dari kegiatan Tri Darma di Perguruan Tinggi.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujun untuk memberikan pelatihan pembuatan media pembelajaran dengan memanfaatkan bahan bekas bagi Guru- guru Katolik St Soegiyopranoto Manado. Guru bertanggung jawab atas keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas. Jika proses pembelajaran di dalam kelas tidak dapat berjalan dengan baik maka capaian pembelajaran yang telah ditentukan bisa jadi tidak tercapai. Oleh karena itu peran guru dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat penting. Sukses atau tidaknya sebuah pembelajaran di dalam kelas bergantung pada perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan oleh guru tersebut. Dengan demikian guru masih perlu meningkatkan pemahaman mereka khususnya dalam bidang keterampilan pembuatan media pembelajaran. Selain terampil dalam membuat media pembelajaran mereka juga dituntut untuk kreatif agar media yang dihasilkan menarik dan sesuai dengan karakteristik siswa. Namun guru terkadang masih menghadapi masalah klasik yaitu tidak adanya dana untuk membuat media pembelajaran sehingga ini menjadi penghalang bagi guru untuk menciptkan media pembelajaran yang unik dan menarik bagi siswa.
Masalah belajar anak dapat dipecahkan Ketika tim PKM Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar melaksanakan Pengabdian kepada guru- guru sekolah dasar dengan judul “Pelatihan Dan Pendampingan Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Untuk Guru- Guru Sekolah Dasar”. Guru- guru sangat semangat dan antusias mengikuti kegiatan ini. Kepsek berkata bahwa Kegiatan ini sangat bermanfaat buat kami dalam pengembangan diri dalam membuat media pembelajaran untuk anak sekolah dasar, semoga berikut masih ada kegiatan pelatihan- pelatihan lagi yang boleh dilaksanakan oleh dosen PGSD Unika De la Salle.
Eunike Mandolang S.Pd., M.Pd sebagai ketua tim PKM merasa sangat puas melihat semangat dari peserta yakni guru- guru yang terlibat dalam kegiatan ini. Semoga kegiatan ini boleh bermanfaat dan boleh diterapkan dalam kegiatan pembelajaran dikelas.
Kegiatan PKM dilaksanakan oleh Dosen dan Mahasiswa Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Unika De La Salle Manado. (**)