17 Wisata Sejarah di Kota Manado

oleh -7,971 views
oleh
image_pdfimage_print

Manado, GN – Tidak perlu khawatir bakal bosan saat berkunjung ke Manado. Sebab, di sini terdapat banyak tempat untuk sekadar menghabiskan waktu luang sambil refreshing.

Selain destinasi wisata alam beserta kulinernya yang terkenal, Manado juga memiliki objek wisata bersejarah yang sayang kalau dilewatkan. Berikut beberapa objek wisata yang bisa Anda kunjungi:

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara / Foto. anekawisatanusantara.blogspot.com
Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara / Foto. anekawisatanusantara.blogspot.com

1. Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara

Bangunan bergaya tradisional Kota Manado ini dibangun pada tahun 1974 sampai dengan 1975. Koleksi yang terdapat di Museum ini antara lain geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika/heraldika, keramologika, filologika, seni rupa dan teknologika.

Di Museum ini juga terdapat peninggalan Megalit yaitu waruga yang merupakan wadah kubur yang terbuat dari batu monolith. Ditempat ini, antara lain anda bisa melihat dan mengenal tata cara hidup suatu masyarakat.

Museum Perjuangan TNI AD / Foto. ceritadimulai.blogspot.co.id
Museum Perjuangan TNI AD / Foto. ceritadimulai.blogspot.co.id

2. Museum Perjuangan TNI Angkatan Darat

Didalam museum ini tersimpan dan dikoleksi berbagai jenis persenjataan tempur milik TNI Angkatan Darat yang tidak dipakai dan berbagai jenis persenjataan tempur lainnya yang berhasil diambil dari berbagai tempat pertempuran.

Goa Peninggalan Jepang di Singkil, Manado / Foto. Budi Susilo
Goa Peninggalan Jepang di Singkil, Manado / Foto. Budi Susilo

3. Goa Jepang

Goa Jepang tersebar dibeberapa wilayah Kota Manado, yakni Kelurahan Singkil Satu, Tanjung Batu, Titiwungen Selatan, Pakowa, Tikala Ares, dan Kairagi.

Salah satu Goa Jepang yang masih terpelihara yakni yang terdapat di Jalan Lorong Bukit Kelurahan Tikala Ares Kecamatan Tikala.  Goa ini memiliki 2 pintu masuk dan menyerupai terowongan dan berdinding beton. Lebar terowongan tersebut ± 2 Meter dan panjang ± 10 Meter. Didalam goa Jepang ini terdapat sebuah kamar berukuran kecil dan sebuah meja yang terbuat dari batu.

Terdapat pintu penghubung menuju terowongan yang ada disebelah. Jadi, apabila kita masuk melalui pintu yang berada disebelah kiri akan keluar pada pintu sebelah kanan dan begitu sebaliknya. Terowongan ini memiliki jalan tembus yang menghubungkan dengan jalan raya disebelah kanan goa. Jalan yang akan dilalui menuju goa tersebut agak berbukit dan diatas goa tersebut terdapat perumahan penduduk.

Makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton di Manado, Istri Sri Sultan HB V / Foto. Subhan
Makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton di Manado, Istri Sri Sultan HB V / Foto. Subhan

4. Makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton

Berada di kawasan pemakaman umat muslim di belakang gedung persekolahan Eben Haezar.

Makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton di buat seperti rumah yang dikelilingi makam keluarga serta putranya tepat di pintu masuk. Posisinya yang strategis terletak di tengah-tengah kompleks pekuburan sehingga terlihat lebih agung dan terkesan sangat dihormati.

Disekitar pekuburan terdapat pepohonan yang rindang sehingga terasa sejuk dan tenang.

Kanjeng Ratu Sekar Kedaton adalah Permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono V yang meninggal dan dimakamkan di Manado.

Monumen Perang Dunia II / Foto. Subhan
Monumen Perang Dunia II / Foto. Subhan

5. Monumen Perang Dunia II

Pada tahun 1675, Ds Mantanus, seorang pendeta dari Belanda untuk pertama kali mengunjungi Manado dan melaporkan bahwa Manado sudah ada golongan orang kristen.

Selanjutnya pada pemerintahan VOC tahun 1677 ditempatkan seorang Pendeta Belanda di Manado yang bernama Pendeta Zacharias Coners. Sebelum nama Gereja Sentrum Manado dikenal dengan nama Gereja Besar Manado.

Pada masa penjajahan Jepang Gereja Besar Manado pernah menjadi Markas/Pusat MSKK (Manado Syuu Kiri Sutoktop Kyookai) yang dipimpin oleh pendeta Jepang Hamasaki.

Baca juga:  dr Fransiscus Andi Silangen SpB-KBD Resmi Di Lantik

Namun, Gedung Gereja Besar Manado yang begitu sarat akan nilai historis religius ini hancur di bom pada perang dunia II atau agresi militer.

Sebagai tanda atau prasasti maka didirikan monumen yang berada disebelah kiri gereja yang sudah hancur tersebut. Monumen perang dunia II ini sampai sekarang masih kokoh berdiri.

Tugu Dotu Lolong Lasut / Foto. ceritadimulai.blogspot.co.id
Tugu Dotu Lolong Lasut / Foto. ceritadimulai.blogspot.co.id

6. Tugu Dotu Lolong Lasut

Merupakan makam dari Dotu Lolong Lasut yang lahir pada bulan November 1450 dan meninggal pada tahun 1520.

Pada nisan tugu tersebut tertulis : Dotu Lolong Lasut alias Ruruares Teterusan dan Kepala Agama Tombulu yang sudah merintis dan membangun TUMANI negeri WENANG kemudian berkembang menjadi Manado.

Dotu Lolong Lasut adalah seorang tokoh perjuangan yang berhasil mengusir penjajah dari Portugis untuk menjajah Wenang pada saat itu. Oleh karena itu nama Dotu Lolong Lasut tetap dikenang sepanjang masa oleh masyarakat SULUT lebih khusus masyarakat Manado dan Minahasa.

Salah Satu Vellbox yang berada di Komo Luar / Foto. Subhan
Salah Satu Velld box yang berada di Komo Luar / Foto. Subhan

7. Velld Box

Velld box ini terbuat dari bahan beton berbentuk bundar yang merupakan bekas benteng pertahanan tentara Jepang pada masa penjajahan di Indonesia.

Tersebar di beberapa wilayah kota Manado, yakni Kelurahan Kleak, Wanea, Pakowa, Tuminting, Bumi Beringin, Istiqlal, dan Titiwungen Selatan.

Foto. Subhan
Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Milik TNI AD di Manado / Foto. Subhan

8. Markas Dan Penjara Belanda

Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi milik TNI AD, dahulunya adalah Markas Dan Penjara ex Belanda ketika mereka menduduki Indonesia.

Banyak pejuang asal Sulawesi Utara yang ditahan bahkan gugur ditempat ini.

 foto-Minahasa Raad / Foto. ceritadimulai.blogspot.co.id

Minahasa Raad / Foto.ceritadimulai.blogspot.co.id

9. Minahasa Raad (Gedung Dewan Minahasa)

Bangunan lama milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara yang terletak di Jalan Sam Ratulangi depan Gedung Bank Sulut, dahulunya adalah Gedung Dewan Minahasa (Minahasa Raad) pada jaman pendudukan Belanda di Manado atau Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sekarang.

Gereja Sentrum Sekarang / Foto. Subhan
Oude Kerk, Gereja Sentrum Sekarang / Foto. Subhan

10. Oude Kerk

Gereja Sentrum milik umat GMIM ini dahulunya adalah Oude Kerk (Gereja Tua) Bangsa Belanda yang ketika itu menduduki Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang menjadi Markas/Pusat MSKK (Manado Syuu Kiri Sutoktop Kyookai) yang dipimpin oleh pendeta Jepang Hamasaki.

Klenten Ban Hing Kiong / Foto. Subhan
Klenten Ban Hin Kiong / Foto. Subhan

11. Klenteng Ban Hin Kiong

Tempat ini merupakan pusat bagi umat Budha untuk beribadah. Bila sedang berada di Manado pada saat dua minggu setelah bulan kamariah, maka kita akan menyaksikan Parade Tradisional Cina yang menampilkan berbagai macam atraksi keagamaan umat Budha.

Pada setiap tahun sejak awal abad XIX di Klenteng Ban Hin Kiong diadakan upacara adat oleh penganut aliran Kong Hu Chu yang disebut Toa Pe Kong atau Cap Go Meh.

Dalam upacara ini dimeriahkan dengan atraksi yang dinamai Ince Pia, yakni seseorang yang memotong-motong badan dan mengiris lidahnya dengan sebilah pedang tajam serta menusuk pipinya dengan jarum besar yang tajam akan tetapi tidak terluka sedikitpun.

Dalam Upacara ini juga ditampilkan atraksi kuda Locia dan pikulan-pikulan serta Mobil hias yang diiringi kelompok musik bambu. Upacara ini diikuti oleh seluruh penganut Kong Hu Chu yang ada di Kota Manado dan sekitarnya.

Baca juga:  Kapitalaung Kampung Taloarane 1 Ernes Johar Leleran Mengucapkan Selamat Hari Natal 25 Desember 2022 Dan Selamat Tahun Baru 01 Januari 2023
Patung Toar Lumimuut / Foto. Subhan
Patung Toar Lumimuut / Foto. Subhan

12. Patung Toar Lumimuut

Nampak indah dan mengagumkan menghiasi wajah Kota Manado di Kelurahan Komo Luar Kecamatan Wenang yang dapat ditempu selama 20 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

Patung ini mengingatkan pada sejarah orang Minahasa, yakni seorang putri bernama Karema mengucapkan doa didepan sebuah batu karang. Tiba-tiba batu karang itu terbelah dan keluarlah seorang wanita cantik yang diberi nama Lumimuut, yang artinya tercipta dari batu karang.

Setelah melalui suatu upacara, dimana Lumimuut berdiri menghadap arah barat yang sedang berhembus angin kencang, tiba-tiba dia hamil lalu melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Toar. Akhirnya Toar mengawini ibunya Lumimuut dan keturunan mereka hidup sepanjang masa.

Patung Dotu Lolong Lasut / Foto.bodetalumewo.blogspot.co.id
Patung Dotu Lolong Lasut / Foto.bodetalumewo.blogspot.co.id

13. Patung Dotu Lolong Lasut

Sangat gagah perkasa berdiri ditengah-tengah Teater Terbuka Taman Kesatuan Bangsa Pusat Kota Manado Kelurahan Wenang Utara Kecamatan Wenang. Dotu Lolong Lasut adalah cikal bakal berdrinya Kota Manado.

Patung Ibu Maria Walanda Maramis / Foto. Subhan
Patung Ibu Maria Walanda Maramis / Foto. Subhan

14. Patung Ibu Maria Walanda Maramis

Dibangun dengan sosok wanita asal daerah Sulawesi Utara yang bersifat kepribadian seorang Ibu Sejati Indonesia dan menghiasi wajah Kota Manado di Kelurahan Komo Luar Kecamatan Wenang yang dapat ditempu selama 15 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

Ibu Maria Walanda Maramis adalah pelopor pejuang kaum wanita dalam bidang pendidikan di jaman pendudukan Belanda. Ia juga adalah pendiri organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya).

Foto. www.indonesiakaya.com
Patung DR. G.S.S.J Ratulangi / Foto. www.indonesiakaya.com

15. Patung DR. G.S.S.J Ratulangi

Dengan sangat berwibawa berdiri dipersimpangan Jalan Sam Ratulangi Kelurahan Ranotana Kecamatan Sario yang dapat ditempuh selama 25 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan transportasi darat.

DR. G.S.S.J Ratulangi atau dikenal dengan sebutan Sam Ratulangi lahir pada tanggal 5 Nopember 1890. Putera Minahasa yang meraih Dokter Matematika pertama di Indonesia. Semboyannya yang terkenal, yaitu Sitou Timou Tumou Tou (Manusia Hidup Untuk Menghidupkan Manusia).

Foto. www.indonesiakaya.com
Patung Wolter Robert Mongisidi dan Piere Tendean / Foto. www.indonesiakaya.com

16. Patung Wolter Robert Mongisidi Dan Piere Tendean

Didirikan sebagai peringatan atas jasa-jasa dua putera yang bersal dari Minahasa, yakni Wolter Robert Mongisidi atau yang akrab disapa Bote putera Bantik Malalayang yang tewas dibunuh regu tembak Belanda di Makassar,Sulawesi Selatan karena berjuang melawan Belanda ketika itu.

Semboyannyanya ialah “Setia Hingga Akhir Dalam Keyakinan”. Kapten Piere Tendean putera Minahasa yang gugur pada peristiwa G 30 S/PKI dalam usahanya mempertahankan Pancasila dan digelari pahlawan revolusi.

Patung Peringatan Pendaratan Batalyon Worang /Foto.Alfa Patyranie
Patung Peringatan Pendaratan Batalyon Worang /Foto.Alfa Patyranie

17.Patung Batalyon Worang

Terletak di pusat Kota Manado Kelurahan Wenang Utara Kecamatan Wenang. Tugu ini dibangun sebagai peringatan terhadap perjuangan salah satu Batalyon TNI AD (Tentara Naional Indonesia Angkatan Darat) pimpinan Mayor H. V. Worang seorang putera asal Minahasa (Mantan Gubernur Sulawesi Utara) yang ketika itu melakukan pendaratan di Minahasa untuk melawan penjajah. Monumen ini terlihat sangat patriotik dan menggugah semangat juang. (Lipsus/*pm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.